Blitar Pos – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu terus berupaya untuk mengatasi konflik antara manusia dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara. Langkah ini diambil setelah insiden pada Sabtu (5 Oktober) di mana seorang warga Desa Kinal Jaya, Kecamatan Napal Putih, mengalami serangan harimau saat beraktivitas di kebun.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari, mengonfirmasi bahwa tim BKSDA sedang melakukan pengusiran dan pemasangan perangkap jebak untuk mengevakuasi harimau yang mengganggu keamanan masyarakat. “Kami berkomitmen untuk mengusir harimau agar kembali ke habitatnya. Salah satu metode yang kami gunakan adalah menghidupkan bunyi-bunyian, seperti meriam karbit dan petasan, untuk memberikan efek kejut yang dapat menjauhkan harimau dari pemukiman,” ungkapnya dalam percakapan telepon pada Selasa.
Said juga menjelaskan bahwa saat ini petugas BKSDA tidak dapat melakukan patroli siaga di lokasi kejadian. Ini disebabkan oleh penanganan konflik harimau di Desa Lubuk Talak dan Desa Gajah Makmur, Kecamatan Malindeman, Kabupaten Mukomuko. Meskipun demikian, pemantauan dan pengusiran dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa harimau tidak kembali ke pemukiman warga.
Dalam situasi ini, BKSDA mengimbau masyarakat di dua kecamatan di Bengkulu Utara untuk lebih waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di luar rumah. “Kami menerima sejumlah laporan tentang harimau yang memangsa ternak warga di Kecamatan Napal Putih. Oleh karena itu, kami menyarankan agar masyarakat tidak pergi sendirian ke kebun, minimal berkelompok dengan tiga atau empat orang,” jelas Said.
Selain itu, masyarakat juga diingatkan untuk tidak membiarkan ternak mereka seperti sapi dan kambing berkeliaran tanpa kandang. Mengandangkan hewan ternak adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko serangan harimau dan meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi akibat konflik dengan satwa liar ini.
Berdasarkan hasil pemantauan BKSDA, terdapat dua harimau yang teridentifikasi berada di wilayah tersebut. Satu ekor berada di Kecamatan Pinang Raya, sedangkan satu ekor lainnya terpantau di Kecamatan Napal Putih. Kedua daerah ini merupakan satu lansekap atau homerange yang menjadi daerah jelajah harimau, sehingga menambah tantangan dalam pengelolaan konflik satwa liar ini.
BKSDA Bengkulu berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan masyarakat dalam menangani konflik ini dan berupaya menjaga keseimbangan antara pelestarian satwa dan keamanan warga. Penanganan yang bijaksana dan kolaborasi antara pihak berwenang dan masyarakat sangat penting untuk memastikan keselamatan semua pihak yang terlibat.