
Blitar Pos – Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa program makanan bergizi gratis yang diinisiasi oleh Presiden-Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan menyasar sekitar 82,9 juta jiwa. Program ini bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat Indonesia, terutama dalam upaya menanggulangi stunting yang masih menjadi masalah serius di berbagai wilayah.
Dadan menyampaikan hal ini dalam sebuah simposium nasional bertajuk “Transformasi Kebijakan Kependudukan Menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, pada Rabu (9/10/2024). Ia menekankan bahwa program makanan bergizi gratis ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang fokus pada penanganan stunting. BKKBN akan berkolaborasi dalam hal intervensi gizi, mengingat pentingnya peran nutrisi dalam mengatasi stunting.
Dalam pernyataannya, Dadan menjelaskan bahwa program ini tidak hanya akan menyasar anak-anak usia sekolah dari jenjang SD hingga SMA, tetapi juga ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. “Program ini dirancang untuk mencakup seluruh tahapan pertumbuhan, mulai dari masa kehamilan hingga anak SMA. Ini adalah rangkaian yang saling terkait dan harus ditangani secara menyeluruh untuk mencapai hasil yang maksimal,” ujar Dadan.
Ia menambahkan, jika salah satu tahapan tidak mendapatkan intervensi gizi yang memadai, maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, program ini dikerjakan secara kolaboratif dengan berbagai pihak untuk memastikan seluruh kelompok sasaran mendapatkan manfaatnya.
Dadan juga memberikan penjelasan terkait perubahan nama program dari “makan siang gratis” menjadi “makan bergizi gratis.” Menurutnya, perubahan ini berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Uji coba tersebut menunjukkan bahwa anak-anak di berbagai jenjang pendidikan memiliki waktu sekolah yang berbeda, sehingga makanan disesuaikan dengan jadwal tersebut.
Untuk anak usia PAUD hingga kelas 2 SD, misalnya, mereka selesai sekolah sekitar pukul 10.00 pagi, sehingga makanan akan diberikan pada pukul 08.00. Sementara untuk anak kelas 3 hingga kelas 6 SD yang sekolah hingga pukul 12.00, makanan akan diterima sekitar pukul 09.00. Sedangkan untuk anak SMP hingga SMA yang belajar sampai pukul 14.00 atau 16.00, makanan akan diberikan sekitar pukul 11.30. “Dengan jadwal yang bervariasi ini, istilah ‘makan siang gratis’ sudah tidak lagi relevan, sehingga diubah menjadi ‘makan bergizi gratis’,” kata Dadan.
Pelaksana Tugas Kepala BKKBN, Sundoyo, turut menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Menurutnya, program makanan bergizi gratis ini merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat membantu menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif. Selain itu, BKKBN juga berperan penting dalam menyediakan data dan informasi terkait stunting serta upaya-upaya lainnya.
Terkait dengan penanganan stunting, Sundoyo menyebut bahwa BKKBN saat ini tengah melakukan kajian terkait penurunan angka stunting selama tahun 2024. Hasil kajian ini akan digunakan sebagai dasar kebijakan intervensi stunting pada tahun 2025. “Dalam tiga bulan ke depan, kami akan merilis hasil kajian ini, yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan penurunan stunting di Indonesia,” tambahnya.
Program makanan bergizi gratis ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas gizi masyarakat Indonesia dan mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target Indonesia Emas 2045, dengan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan sehat.